Latest from the journal

Hamster

Hamster: "This lively pet hamster will keep you company throughout the day. Watch him run on his wheel, drink water, and eat the food you feed him by clicking your mouse. Click the center of the wheel to make him get back on it."

Linkungan hidup

Lingkungan merupakan tempat dimana kita berinteraksi,sosialisasi dan tempat di mana kita tinggal. pentingnya menjaga lingkungan adalah hal yang paling utama,karena jika lingkungan kita tercemar maka kita sendirilah yang akan mendapatkan imbasnya.

Pencemaran lingkungan merupakan masalah kita bersama, yang semakin penting untuk diselesaikan, karena menyangkut keselamatan, kesehatan, dan kehidupan kita. Siapapun bisa berperan serta dalam menyelesaikan masalah pencemaran lingkungan ini, termasuk kita. Dimulai dari lingkungan yang terkecil, diri kita sendiri, sampai ke lingkungan yang lebih luas.
Permasalahan pencemaran lingkungan yang harus segera kita atasi bersama diantaranya pencemaran air tanah dan sungai, pencemaran udara perkotaan, kontaminasi tanah oleh sampah, hujan asam, perubahan iklim global, penipisan lapisan ozon, kontaminasi zat radioaktif, dan sebagainya.

Pencemaran dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung yaitu bahan pencemar tersebut langsung berdampak meracuni sehingga mengganggu kesehatan manusia, hewan dan tumbuhan atau mengganggu keseimbangan ekologis baik air, udara maupun tanah.
Proses tidak langsung, yaitu beberapa zat kimia bereaksi di udara, air maupun tanah, sehingga menyebabkan pencemaran.

Oleh karna itu betapa pentingnya menjaga kebersihan lingkungan itu dari pencemara lingkungan,karna semua yang terjadi pada diri kita tergantung segala perbuatan ap yang telah lita lakukan.



Marilah kita mulai tuk menjaga lingkungan kita dari lingkungan rumah kita sendiri,kita buat lingkungan tempat kita menjadi aman dan tentram!!








Tingkah Laku Remaja

Pembentukan Konsep Diri
Remaja adalah masa transisi dari periode anak ke dewasa.
Secara psikologik kedewasaan adalah keadaan di mana sudah ada ciri-ciri psikologik teretentu pada seseorang. Ciri-ciri psikologik itu menurut G.W. Allpoert (1961, Bab VII) adalah :
  1. Pemekaran diri sendiri (extention of the self) :
- egoisme berkurang
- rasa memilliki meningkat
- mencintai orang lain dan alam sekitar
- kemampuan tenggang rasa
  1. Kemampuan untuk melihat diri sendiri secara objektif (sel objectivication) :
- kemampuan mempunyai wawasan tentang diri sendiri (self insight)
- kemampuan untuk menangkap humor (sese of humor)
- tidak marah jika dikritik
- dapat mengevaluasi dir
  1. Memiliki filsafat hidup tertentu (unifying philosophy of life) :
- tidak mudah terpengaruh
- pendapat-pendapatnya dan sikapnya cukup jelas dan tegas
Menurut Richmond dan Slansky (1984, hlm.110-111) inti dari tugas perkembangan seseorang dalam periode remaja awal dan menengah adalah memperjuangkan kebebasan. Sedangkan menemukan bentuk kepribadian yang khas (yang oleh Allport dinamakan ”unifying philosophy of life”) dalam periode itu belum menjadi sasaran utama.
Perkembangan Intelegensi
Intelegensi adalah -David Wechsler (1958)- :
Keseluruhan kemampuan individu untuk berfikir dan bertindak secara terarah serta mengolah dan menguasai lingkungan secara efektif.
Intelegensi memang mengandung unsur fikiran atau ratio. Makin banyak unsur ratio yang digunakan dalam suatu tindakan atau tingkah laku, makin berintelegensi tingkah laku tersebut.
Ukuran intelegensi dinyatakan dalam IQ (Intelligence Quotient).
Perhitungan :
* Orang Dewasa
Dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan yang terdiri dari berbagai soal (hitungan, kata-kata, gambar-gambar dan lain-lain) dan menghitung berapa banyaknya pertanyaan yang dapat dijawab dengan benar dan membandingkannya dengan sebuah daftar (yang dibuat berdasarkan penelitian yang terpercaya) maka didapatkanlah nilai IQ yang bersangkutan.
* Anak-anak
Dengan menyuruh mereka melakukan pekerjaan tetentu dan menjawab pertanyaan tertentu (misalnya: menghitung sampai 10 atau 100, menyebut nama-nama hari atau bulan, membuka pintu dan menutupnya kembali, dan lain-lain). Jumlah pekerjaan yang bisa dilakukan anak kemudian dicocokkan dengan membuat daftar untuk mengetahui usia mental (mental age = MA) anak. Makin banyak yang bisa dijawab atau dikerjakan anak, makin tinggi usia mentalnya. Usia mental ini kemudian dibagi dengan usia kalender (callender age = CA) dan dikalikan 100, maka didapatkan IQ anak.
Rumus : IQ = MA/CA x 100
Teori intelegensi yang meninjaunya dari sudut perkembangan dikemukakan oleh Jean Piaget (1896-1980). Piaget berpendapat bahwa setiap orang mempunyai sistem pengaturan dari dalam pada sistem kognisinya. Sistem pengaturan ini terdapat sepanjang hidup sesorang dan berkembang sesuai dengan perkembangan aspek-aspek kognitif yaitu :
  1. Kematangan, merupakan perkembangan susunan syaraf shg misalnya fungsi-fungsi indera menjadi lebih sempurna.
  2. Pengalaman, yaitu hubungan timbal balik dengan lingkungannya.
  3. Transmisi sosial, yaitu hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial antara lain melalui pengasuhan dan pendidikan dari orang lain.
  4. Ekuilibrasi, yaitu sistem pengaturan dalam diri anak itu sendiri yang mampu mempertahankan keseimbangan dan penyesuaian diri terhadap lingkungannya. (Gunarsa, 1982, hlm.140-141)
Sistem pengaturan mempunyai 2 faktor :
  1. Skema
Adalah pola yang teratur yang melatarbelakangi suatu tingkah laku.
  1. Adaptif
Adalah penyesuaian terhadap lingkungan yang bersangkut-paut dengan tujuan dan perjuangan hidup.
Tahap-tahap perkembangan kognitif menurut Piaget adalah sebagai berikut (Gunarsa, 1982, hlm.146-161; Piaget, 1959, hlm.123)
  1. Tahap I : Masa sensori-motor (0-2.5 tahun)
Masa ketika bayi mempergunakan sistem penginderaan dan aktivitas motorik untuk mengenal lingkungannya.
  1. Tahap II : Masa praoperasional (2.0-7.0 tahun)
Ciri khasnya adalah kemampuan menggunakan simbol, yaitu mewakili sesuatu yang tidak ada.
  1. Tahap III : Masa konkrit-operasional (7.0-11.0 tahun)
Sudah bisa melakukan berbagai macam tugas yang konkrit. Ia mulai mengembangkan 3 macam operasi berfikir, yaitu :
a. Identitas : mengenali sesuatu
b. Negasi : mengingkari sesuatu
c. Resiprokasi : mencari hubungan timbal baik antara beberapa hal
  1. Tahap IV : Masa formal-operasional (11.0-dewasa)
Dalam usia remaja dan seterusnya sesorang sudah mampu berfikir abstrak dan hipotetis.
Masa remaja adalah masa yang penuh emosi. Salah satu ciri periode ”topan dan badai” dalam perkembangan jiwa manusia ini adalah emosi yang meledak-ledak, sulit untuk dikendalikan. Plato menyamakan emosi remaja ini dengan ”api”. Di satu pihak emosi yang memnggebu-gebu ini memang menyulitkan, terutama untuk orang lain (termasuk orang tua dan guru) dalam mengerti jiwa si Remaja. Tetapi di lain pihak, emosi yang menggebu ini bermanfaat untuk remaja itu terus mencari identitas dirinya.
Perkembangan Peran Sosial
Gejolak emosi remaja dan masalah remaja lain pada umumnya disebakan antara lain oleh adanya konflik peran sosial. Di satu pihak ia sudah ingin mandiri sebagai orang dewasa, di lain pihak ia masih harus terus mengikuti kemauan orang tuanya.
Konflik peran yang dapat menimbulkan gejolak emosi dan kesulitan-kesulitan lain pada masa remaja dapat dikurangi dengan memberi latihan-latihan agar anak dapat mandiri sedini mungkin. Dengan kemandiriannya anak dapat memilih jalannya sendiri dan ia akan berkembang lebih mantap. Oleh karena ia tahu dengan tepat saat-saat yang berbahaya di mana ia harus kembali berkonsultasi dengan orang tuanya atau dengan orang dewasa lain yang lebih tahu dari dirinya sendiri.
Perkembangan Peran Seksual
Ada 4 macam manusia ditinjau dari peran seksualnya, yaitu :
  1. Tipe maskulin, yaitu yang sifat kelaki-lakiannya di atas rata-rata, sifat kewanitaannya kurang dari rata-rata.
  2. Tipe feminin, yaitu yang sifat kewanitaannya di atas rata-rata, sifat kelaki-lakiannya kurang dari rata-rata.
  3. Tipe androgin, yaitu yang sifat kelaki-lakian maupun kewanitaannya di atas rata-rata.
  4. Tipe tidak tergolongkan (undiferentiated), yaitu yang sifat kelaki-lakiannya maupun kewanitaannya di bawah rata-rata.
(Wrightsman, 1981, hlm.445)
Perkembangan Moral dan Religi
Religi yaitu kepercayaan terhadap kekuasaan suatu zat yang mengatur alam semesta ini adalah sebagian dari moral, sebab dalam moral sebenarnya diatur segala perbuatan yang dinilai baik dan perlu dilakukan suatu perbuatan yang dinilai tidak baik sehingga perlu dihindari. Agama, oleh karena mengatur juga tingkah laku baik-buruk, secara psikologik termasuk dalam moral. Hal lain yang termasuk dalam moral adalah sopan-santun, tata krama, dan norma-norma masyarakat lain.
Kohlberg membagi perkembangan moral dalam 3 tahap yang masing-masing dibagi lagi dalam 2 tingkatan :
  1. Tahap I (tingkat 1 dan 2) : Tahap Prakonvensional
Tingkat 1 à pedoman mereka hanyalah hindari hukuman
Tingkat 2 à sudah ada pengertian bahwa untuk memenuhi kebutuhan sendiri, seseorang juga harus memikirkan kepentingan orang lain.
  1. Tahap II (tingkat 3 dan 4) : Tahap Konvensional
Setuju pada aturan dan harapan masyarakat dan penguasa, hanya karena memang sudah demikianlah keadaannya. Terjadi pada remaja dan sebagian besar orang dewasa.
  1. Tahap III (tingkat 5 dan 6) : Tahap Pasca Konvensional
Terjadi pada sebagian orang dewasa. Tahap ini mendasarkan penilaian mreka terhadap aturan dan harapan masyarakat pada prinsip-prinsip moral umum.
Tingkat 1 à kontak sosial atau hak individu
            Tingkat 2 à prinsip etika universal